Mengenalmu adalah awal pertemuan pertama kita. Kamu percaya soal cinta pada pandang pertama? Ya, aku jatuh hati pada pandang pertama bersamamu, dan sekarang aku jatuh hati lebih dalam saat ini.
Aku nggak nyangka bisa jatuh hati padamu, dulu berkenalan denganmu aja aku nggak percaya, dan sekarang bisa jatuh hati? Hahaha perasaan ini terlalu cepat.
Tapi apakah ini hanya cinta sesaat? Hanya cinta yang diawal? Aku nggak tau. Ada beribu kata yang ingin aku lontarkan kepadamu. Tapi aku nggak bisa. Aku terlalu pengecut untuk bilang ini semua. Perasaan ini menjadi kacau, sesak, bahkan aneh untuk melihat keadaan tak berpihak kepadaku. Kamu akan pergi meninggalkan aku sendiri disini. Tapi bukankah setiap makhluk hidup akan berpindah tempat? Kata orang, berpindah tempat maka berpindah ke lain hati. Lantas, bagaimana jika perpisahan kita ini adalah terakhir kalinya kita berjumpa?
Ntahlah, aku hanya takut melihat itu semua akan jadi nyata.
Rabu, 31 Desember 2014
Aku Hanya Takut
Jumat, 26 Desember 2014
Selamat Hari Ibu!
Satu Kata memiliki arti, satu kalimat menyimpan makna, satu paragraf mempunyai cerita.
Mendeskripsika sebuah perasaan memang tak akan ada habisnya. Karena, kadang ada kalanya sebuah perasaan tidak perlu diumbar-umbar, melainkan disimpan didalam hati dengan rapi dan diucap dan dibuktikan diwaktu yang tepat.
I love you, Mom.
Semoga
Diam menurut sebagian orang adalah hal yang paling mustahil bagi orang pecicilan seperti gue. Gue itu tipe orang yang petakilan, gak bisa diem, rusuh, dll. Menurut gue, diam merupakan suatu tantangan yang gak mungkin gue lakuin. Karena, dalam diam gue kesepian, dalam diam gue bingung, dan dalam diam gue bagaikan patung yang gak punya teman.
Tapi, dalam satu sisi gue mulai menyukai diam, karena dalam diam, nggak ada yang tau perasaan gue ke lo, gak ada yang bakal tau seberapa besar cinta gue ke lo, dan nggak ada perasaan ganjil saat kita duduk disatu meja yang sama. Ya, gue mulai memperhatikan lo dalam diam tanpa ada yang mengetahuinya.
-Putri Safitri-
Sabtu, 30 Agustus 2014
Bagaimana jika terjadi
Pernah nggak ngerasain pertemanan yang sering curhat tentang siapa aja. Ntah itu curhat tentang cowok, kakak kelas, adik kelas, atau bahkan teman seangkatan atau mungkin lainnya. Aku kira kita juga begitu. Berteman, mengenal satu sama lain, bercerita tentang siapa aja yang kita ingin ceritakan, bermushuan selaknya kaya anak kecil lalu setelah istirahat bermain seperti biasanya. Ku kira pertemanan kita tulus. Sampai pada akhirnya, aku tau kalau kita sama-sama menyukai satu orang yang sama. Kamu berubah semenjak itu, atau aku malah yang menjauh?
Bagaimana jika kita berjauhan karna satu cowok? Akankah pertemanan kita seseru dulu? Bertawa ria didepan semua orang tanpa memperhatikan siapa pun. Bagaimana jika tetap mempertahankan keegoisan kita masing-masing? Bagaimana jika perteman kita berakhir sampai disini? Bagaimana jika itu terjadi? Aku sendiri hanya bisa diam membisu
Minggu, 03 Agustus 2014
Menunggu Dalam Diam
Ku rasa semua orang selalu menunggu, ntah menunggu apa. Menunggu adalah pekerjaan yang sangat menyebalkan. Nggak tau juga kan, yang kita tunggu ini pada akhirnya akan menggembirakan atau malah mengecewakan. Seperti kita, bumi juga menunggu, menunggu langit untuk memberikan kecerahannya atau kegelapannya, seperti dengan bumi, kumpulan kata-kata yang menari anggun diatas kertas itu juga menunggu, menunggu untuk dibaca, dan bahkan benda mati juga menunggu untuk ditempatkan yang seharusnya jika salah taruh. Lucu ya, seperti kita, ternyata mereka juga menunggu tanpa kita sadari.
Begitu juga dengan aku, ntah udah berapa lama aku menyimpan perasaan ini, perasaan yang seharusnya tidak pernah ada. Aku khawatir jika kamu mengetahui perasaan aku sebenernya kepada mu, kamu malah canggung bergurau dengan ku, mungkin pertemanan kita tidak akan seasik dulu. Dan aku rasa, ada kalanya sebuah perasaan tidak perlu diungkapkan hanya hati ini dan Tuhan yang tau, agar kelak nanti tidak ada hati yang terluka, dan aku memilih menunggumu dengan cinta dalam diam dari kejauhan dengan kesederhanaan dan keikhlasan.
Aku rasa itu lebih baik, bukan?
Selasa, 22 Juli 2014
Perempuan
Ini puisi dari film Ada Apa Dengan Cinta.
Perempuan datang atas nama cinta
Bunda pergi karena cinta
Atas dirinya digenangi air racun jingga
Adalah...
Wajahmu seperti bulan lelap tidur dihatimu
Yang berdinding kelam dan kedinginan
Ada apa dengannya?
Meninggalkan hati untuk dicaci
Percaya...
Sampai darah ke lutut pun aku tak percaya
Lalu...
Rumput tersabit
Sekali ini aku lihat karya surga
Dari mata seorang hawa
Percaya...
Tak tau...
Ada apa dengan cinta?
Dan aku akan kembali dalam satu purnama
Untuk mempertanyakan kembali cintanya
Bukan untuknya, bukan untuk siapa
Tapi untuk ku!
Karna aku ingin kamu
Itu saja
Minggu, 20 Juli 2014
Bukan kata-kata
Guna apa kita berbicara banyak?
Apa gunanya kita selalu mengumbar kata-kata?
Kalau hanya suara semu
Kepalsuan bukannya jaman
Kepalsuan adalah kelicikan manusia
Yang pandai berbicara
Yang selalu mendongeng
Yang selalu gembar-gembor tentang program
Demi orang banyak
Katanya, yah katanya!
Aku jenuh dengan kata-katanya
Sebab kenyataan bukan kata-kata
-Tanpa Nama-
Minggu, 06 Juli 2014
Kawan
Aku tau aku salah
Aku tau aku melukai hatimu
Tapi bukan maksudku seperti itu, kawan
Andaikan kita berterus terang
Andaikan kita bisa saling mengerti
Andaikan waktu bisa diputar
Andaikan...
Ah... Itu hanyalah harapan orang bodoh
Yang mengharapkan waktu bisa diputar
Aku memang tidak punya alat ajaib seperti Doraemon
Rasanya sangat kecil jika aku memiliki kesempatan kedua dari kamu
Tapi percayalah kawan, aku akan berubah
Menjadi lebih baik
Rabu, 02 Juli 2014
Dalam Diam
Aku diam dalam sejuta pikiran menerawang jauh
Entah apa yang sedang aku pikirkan
Aku sendiri tak tau
Yang pasti pikiranku sedang tak menentu
Oh, akankah ini terus begini?
Terus tak menentu
Aku sendiri tak mengerti
Sebab apa yang harus ku perbuat
Hanya diam yang dapat ku perbuat
-Tanpa Nama-
Selasa, 01 Juli 2014
Perpisahan
Senyum indah kini melemah
Sayap kananku tlah patah
Hati meluap penuh nanah
Terlulai jatuh di tanah
Ingin sekali agar waktu tidak cepat berlalu
Ingin aku kita bersama terus
Selalu...
Sampai...
Kapanpun...
Tapi apalah daya
Ketika keadaan menyuruh dia untuk pergi
Sungguh benci keadaan seperti ini
Satu kata yang di benci setelah pertemuan
Yaitu Perpisahan
Jumat, 27 Juni 2014
Bimbang
Kala aku duduk diberanda depan
Ditemani segelas teh hangat dan sedikit cemilan
Damai...
Tapi hanya untuk sejenak
Pemikiran itu kembali mengusik ku
Kala aku gelar tikar dilantai kamar
Bersama guling dan bantal yang menemani
Nyaman...
Tapi hanya untuk sejenak
Kegelisahan yang sama masih mengusikku
Saat ku buka jendela di pagi ini
Sejuknya hawa segar menyapa wajah
Menenagkan...
Tapi hanya untuk sejenak
Kenapa risau ini belum menjauh?
Kenapa damai ini hanya sebentar menyapa?
Kenapa kenyamanan ini tidak berlangsung lama?
Kenapa ketenangan ini berlahan sirna?
Ku tau hanya satu jawabannya...
Karna tanya itu belum terjawab
-Tanpa Nama-